Malam tanpa bulan. Langit tak berbintang. Anginpun tak berhembus. Saat yang tepat untuk menjalankan rencana.
Rumah Pak haji Somad sepi dalam keremangan lampu neon 5
watt. Rumah itu telah ditinggal penghuninya ke kota tadi sore. Teringat jelas uang hasil panen yang tadi
siang diletakan istri Pak haji Somad di belakang lemari tengah.
Aku terdiam di balik semak. Memantau sasaran yang telah
kupilih. Berlahan kuputari rumah itu sekali lagi. Dan sekali lagi. Kupastikan
tak ada orang yang akan melintas. Doaku terkabul lagi. Jono dan Supri tertidur
lagi di pos ronda. Aku harus sabar. Tidak boleh gegabah. Kali ini pasti
berhasil lagi.
Dengan hati-hati kulewati celah kecil di pagar bambu yang
langsung menuju dapur. Di depan pintu dapur aku berhenti. Kutajamkan
pendengaranku. Hening. Sunyi. Tak ada suara. Berlahan kudorong pintu dapur.
Kegelapan pekat meliputi dapur itu. Hitam. Gelap. Tak ada cahaya. Tak ada
bayangan.
Dalam kesenyapan kulewati dapur menuju ruang tengah.
Tiba-tiba lampu menyala. Terang. Menyilaukan. Mataku terkejap. Terlihat Pak
Haji Somad, Jono, Supri dan Kepala
Hansip siaga menyergap.
Dalam kaget aku berusaha menghindar. Berhasil kumelarikan
diri keluar. Celah kecil di pagar itu kutabrak. Cepat melesat menuju semak.
Dor! Suara tembakan membahana. Keheningan malam terpecahkan.
Orang-orang kampung bermuculan. Entah dari mana. Menyatu. Berkerumun. Membawa bilah kayu. Menghunus
golok. Mengejarku. Mengepungku.Membidikku. Dor!.
“Jangan tembak! Tolong
jangan tembak! Jono ini aku, Budi” teriakku panik dengan tatapan lara. Mereka semakin
mendekat. Rusuh. Riuh. Penuh amarah.
“Tolong jangan tembak…” pintahku semakin lirih. Aku
terpojok. Aku terjebak. Suaraku tak dihiraukan. Teriakanku tak digubris. Mereka
semakin ganas. Berteriak. Memaki. “Kejar babi itu!”
Jauh di pinggir desa, di gubuk usang, dalam kepanikan
istriku menjaga api lilin yang bergoyang hebat tanpa hembusan angin. Api itu meredup.
Lalu padam….
Terinspirasi oleh :
@mega105: JANGAN TEMBAK. Aku teriakan berulang-ulang tapi
rupanya mereka tidak mengerti. Mereka masih berteriak “kejar babi itu!”
@fiksimini
15 comments:
wah uda mulai merambah ke fiksimini nih xort.. :) .. nice..
hihi.. ini nyeritain siapa sih..
babi ngepet ternyata.. jarang2 gw baca cerita dimana malingnya yg curhat. mantap!
babi jadi2an ternyata..duh...
wow.... hebat! dari fiksimini, bisa juga menjadi cerita yang menuangkan kesan dan imajinasi yang muncul karenanya... seruuu ^_^
keren jalan ceritanye, rupanya babi ngepet ya hehehe
Kadang saya suka mengira-ngira, apa masih ada babi ngepet saat ini?
ini cerita kaya soal pesugihan babi,salam kenal
Babi Ngepeeeet...!!! hahahah...
kasian amat akhirnya mati tuh babi,
maksudnya si budi itu siluman babi ya?
turut berduka buat si Babi :'(
@surya: hehehe
@umiabie: mmm...siapa ya...
@meutia: tx ya
@fanny: iya
@wied: yg ngasih idenya juga hebat
@aulawi: makasi ya
@tukangpoto: emang babi ngepet beneran ada ya?
@cerita tugu: met kenal
@ellious: hehehe
@arman: mmmm...gitu deh
@format29: kenal ya ama babinya?
kalo cerita ini mo di bikin film mini gw mau donk ngelamar peran jd yang jaga lilin. Soalnya gw dah pengalaman klo soal jaga-jaga lilin huahahahaa.....
alur ceritanya keren bro...ayolah tetaskan lagi cerita2 fiksi di "my grey area" milikmu...^_^
gara2 exort jadi pengen punya blog.. thx exort :D
Post a Comment