18 May, 2011

Jangan tembak...


Malam tanpa bulan. Langit tak berbintang. Anginpun tak berhembus. Saat yang tepat untuk menjalankan rencana.

Rumah Pak haji Somad sepi dalam keremangan lampu neon 5 watt. Rumah itu telah ditinggal penghuninya ke kota tadi sore.  Teringat jelas uang hasil panen yang tadi siang diletakan istri Pak haji Somad di belakang lemari tengah.

Aku terdiam di balik semak. Memantau sasaran yang telah kupilih. Berlahan kuputari rumah itu sekali lagi. Dan sekali lagi. Kupastikan tak ada orang yang akan melintas. Doaku terkabul lagi. Jono dan Supri tertidur lagi di pos ronda. Aku harus sabar. Tidak boleh gegabah. Kali ini pasti berhasil lagi.

Dengan hati-hati kulewati celah kecil di pagar bambu yang langsung menuju dapur. Di depan pintu dapur aku berhenti. Kutajamkan pendengaranku. Hening. Sunyi. Tak ada suara. Berlahan kudorong pintu dapur. Kegelapan pekat meliputi dapur itu. Hitam. Gelap. Tak ada cahaya. Tak ada bayangan.

Dalam kesenyapan kulewati dapur menuju ruang tengah. Tiba-tiba lampu menyala. Terang. Menyilaukan. Mataku terkejap. Terlihat Pak Haji Somad,  Jono, Supri dan Kepala Hansip siaga menyergap.

Dalam kaget aku berusaha menghindar. Berhasil kumelarikan diri keluar. Celah kecil di pagar itu kutabrak. Cepat melesat menuju semak.

Dor! Suara tembakan membahana. Keheningan malam terpecahkan. Orang-orang kampung bermuculan. Entah dari mana. Menyatu. Berkerumun. Membawa bilah kayu. Menghunus golok. Mengejarku. Mengepungku.Membidikku. Dor!.

“Jangan  tembak! Tolong jangan tembak! Jono ini aku, Budi” teriakku panik dengan tatapan lara. Mereka semakin mendekat. Rusuh. Riuh. Penuh amarah.

“Tolong jangan tembak…” pintahku semakin lirih. Aku terpojok. Aku terjebak. Suaraku tak dihiraukan. Teriakanku tak digubris. Mereka semakin ganas. Berteriak. Memaki. “Kejar babi itu!”

Jauh di pinggir desa, di gubuk usang, dalam kepanikan istriku menjaga api lilin yang bergoyang hebat tanpa hembusan angin. Api itu meredup. Lalu padam….


Terinspirasi oleh :
@mega105: JANGAN TEMBAK. Aku teriakan berulang-ulang tapi rupanya mereka tidak mengerti. Mereka masih berteriak “kejar babi itu!” @fiksimini

15 comments:

Batzsurya said...

wah uda mulai merambah ke fiksimini nih xort.. :) .. nice..

umiabie said...

hihi.. ini nyeritain siapa sih..

Meutia Halida Khairani said...

babi ngepet ternyata.. jarang2 gw baca cerita dimana malingnya yg curhat. mantap!

Unknown said...

babi jadi2an ternyata..duh...

W i e d e s i g n a r c h said...

wow.... hebat! dari fiksimini, bisa juga menjadi cerita yang menuangkan kesan dan imajinasi yang muncul karenanya... seruuu ^_^

Aulawi Ahmad said...

keren jalan ceritanye, rupanya babi ngepet ya hehehe

tukangpoto said...

Kadang saya suka mengira-ngira, apa masih ada babi ngepet saat ini?

ceritatugu said...

ini cerita kaya soal pesugihan babi,salam kenal

Ellious Grinsant said...

Babi Ngepeeeet...!!! hahahah...

kasian amat akhirnya mati tuh babi,

Arman said...

maksudnya si budi itu siluman babi ya?

Anonymous said...

turut berduka buat si Babi :'(

exort said...

@surya: hehehe

@umiabie: mmm...siapa ya...

@meutia: tx ya

@fanny: iya

@wied: yg ngasih idenya juga hebat

@aulawi: makasi ya

@tukangpoto: emang babi ngepet beneran ada ya?

@cerita tugu: met kenal

@ellious: hehehe

@arman: mmmm...gitu deh

@format29: kenal ya ama babinya?

mila said...

kalo cerita ini mo di bikin film mini gw mau donk ngelamar peran jd yang jaga lilin. Soalnya gw dah pengalaman klo soal jaga-jaga lilin huahahahaa.....

andri K wahab said...

alur ceritanya keren bro...ayolah tetaskan lagi cerita2 fiksi di "my grey area" milikmu...^_^

Anonymous said...

gara2 exort jadi pengen punya blog.. thx exort :D