Jam meja disamping tempat tidurku menunjukan pukul 17.45. Matahari masih saja memancarkan sinar sore dengan lembutnya. Berbeda dengan di Indonesia, pada jam sekarang pasti sudah remang-remang menuju kegelapan malam. Aku buka daun jendala kamarku dan membiarkan hembusan angin sore menerpa wajahku.
*****
“Hasil biopsi yang telah dilakukan menunjukan benjolan pada payudara Mba Diana adalah positif kanker, Mba terkena kanker payudara, harus segera dilakukan tindakan”
Mendengar suara dokter itu membuat kepalaku pening. Tidak mungkin aku terkena kanker. Aku telah menjalani pola hidup sehat. Selalu olah raga dan makan sayur. Aku tidak seperti teman-teman seprofesiku yang gemar dunia malam, alkohol dan makan sembarangan. Aku menjauhi itu semua. Aku tau tubuhku adalah aset utamaku. Tubuhku adalah istanaku yang tak boleh rusak dan dirusak.
“Ganaskah kankerku Dok?” tanyaku sambil menahan tangis.
Dokter itu hanya mengangguk dan berkata, “Kita harus mengangkat kanker itu”
Apa??? Diangkat??? Tidak, tidak akan kubiarkan raga sempurnaku dirusak. Akupun mencari second opinion. Tapi hasilnya tiga dokter yang ku tanya mengatakan hal sama. Dalam ketidak percayaanku, rupanya kanker ini mulai mengganas. Akhirnya aku terdampar di rumah sakit Malaka. Mba Sita, managerku, mendengar kabar bila di rumah sakit ini dapat mengobatin berbagai kanker dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, langsung memboyongku kesini.
Dokter disinipun berpendapat yang hampir sama, bahkan bertambah mengerikanku. Kankerku harus segera diangkat. Kankerku telah mencapai stadium empat.
*****
Kulit keringku terkena angin sore yang lembab. Rambut kusamku yang hanya tinggal beberapa helai terkulai lemah tak bergerak walau terkena hembusan angin. Dari kejauhan terlihat pinggir pantai yang maju karena surutnya air laut. Pemandangan indah inilah yang menjadi hiburanku selama pengobatan yang sangat menyakitkan ini. Pantai memang menjadi tempat tujuan favoritku untuk istirahat. Dan bila ada tawaran kerja di pantai aku akan menolak kerjaanku yang lainnya.
*****
Klik…klik..klik…
“Ya..tahan…rambutnya digoyangkan sedikit….jangan terlalu lebar senyumnya….tahan…ya…bagus…kita pindah lokasi ya”
“Mas, abis ini sesi yang terakhirkan?” tanyaku ke fotografer yang biasa memfotoku.
“Iya, sesi berikutnya tinggal kamu mengangkat kotak bedaknya kemudian kita selesai”
“Mba…Mba Sita uda booking kamarnya kan? Untuk 3 hari kan Mba”
“Sudah sayang, Mba sudah booking kok. Mba juga sudah pesan terapis spa biar kamu besok bisa perawatan seharian”
“Asik, makasih ya Mba, eh tapi Mba, spanya yang di bungalo dipinggir laut itu ya Mba, kaya yang terakhir kita kesini itu loh Mba”
“Iya sayang, sudah sana siap-siap, Mas Satrio sudah nunggu di lokasi berikutnya”
*****
Ah Mba Sita selalu tau apa yang kumau. Beruntung aku bertemu dengan manajerku ini. Kehadiran Mba Sita dihidupku membuat seperti aku mempunya ibu. Mba Sita tidak hanya mengatur pekerjaanku tapi Mba Sita benar-benar merawatku layaknya ibu merawat anaknya. Sampai sekarangpun Mba Sita selalu setia menemani dalam segala macam perawatan yang kujalani.
Pada jam-jam segini Mba Sita pasti sedang ke mall disebelah rumah sakit, membeli makanan buat makan malam atau sekedar membeli kebutuhan sehari-hari. Dan pada jam-jam seperti inilah rasa sepi di kamar yang serba putih dan dingin ini menjadi tempat aku termenung. Dengan susah payah aku berusaha untuk melangkahkan kaki lemahku lewati jendela. Akupun terduduk di jendala sambil menatap Eye of Malaysia yang masih saja dalam perbaikan. Seandainya Eye of Malaysia telah beroperasi aku pasti meminta Mba Sita untuk menaiki gondolanya. Duduk diketinggian sambil memandang lepas adalah salah satu caraku untuk menenangkan hati.
*****
10 tahun yang lalu, dua bulan sebelum aku berulang tahun yang ke tiga belas ku berhasil dinobatkan sebagai model sampul majalah remaja terkemuka. Tak sia-sia aku menentang ibu kepala Panti Asuhan tempat aku dirawat sejak bayi. Aku jadi pemenang pertama dan model terfavorit. Semenjak itu banyak tawaran foto model dan model catwalk yang menghampiriku. Untuk remaja seusiaku, aku telah tampil menjadi gadis yang tinggi dan bentuk badan yang mulai terbentuk. Rambut hilam legam yang menjuntai dan kulit putih halus dengan paras wajah Indonesia menjadi perpaduan yang pas. Entah berapa majalah yang telah meletakkan fotoku dicover depannya. Tawaran berjalan di catwalkpun menghampiriku. Tak ayal lagi aku menjadi incaran para designer untuk memperagakan hasil karyanya. Dan entah berapa produk yang sukses aku iklani. Dunia perfilman pun mulai kurambah. Penggemarkupun tersebar dimana-mana.
Belum lagi setahun aku bergelut didunia model ini, aku telah keluar dari panti asuhan itu. Akupun tinggal dari satu apartement ke apartement. Dengan kelihaian Mba Sita akupun merambah ke Singapura dan Malaysia. Bahkan aku sempat berjalan di catwalk di Milan dan mendapatkan kontrak esklusif di agent model Paris selama setahun.
Sepulangnya aku dari Eropa, namaku di dunia model Indonesia semakin tak terbendung lagi. Siapa yang tak kenal dengan aku. Semua pria memandang kagum kepadaku. Tak ayal ama para pejabat dan selebriti berusaha untuk mendekatiku. Tak ada lagi orang yang tidak mengenalku. Semua orang menyapaku.
Bila aku mau, segala gemerlap dan kehidupan high class dapat kujalanin dengan mudah. Tapi pengalaman lebih dari 12 tahun di panti asuhan membuatku untuk selalu berhati-hati. Aku tidak mau kembali susah. Aku tak mau lagi tertindas. Aku tak mau lagi hidup dengan penuh kekurangan. Oleh karena itu aku selalu menjaga tubuhku. Selain olahraga teratur dan makan makanan yang sangat sehat membuatku bisa menjadi seperti sekarang.
*****
Kwaak…kwaak…kwaak….
Suara burung gagak yang terbang melewatiku membuyarkan lamunanku. Burung gagak itu lalu hinggap di daun jendela tanpa memperdulikan aku. Ah….seekor burungpun tidak lagi memperdulikan aku. Apalagi orang-orang….
*****
“Mba…mba Diana….foto berdua dong”
Akupun tersenyum dan menggangguk dan berpose dengan para penggemarku itu. Dan terdengar suara-suara berdecak kagum atas kecantikanku “Cantik banget ya”.“Ya ampun halus ya kulitnya”.“Wah ternyata tinggi ya”.
“Sudah ya…Diana harus pergi dulu ya” Selalu saja Mba Sita yang menarikku dari kerumunan para penggemar. Ada sensasi yang tak terbayangkan bila aku berada diantara penggemarku. Aku merasakan sangat hidup, aku merasakan bahwa aku adalah manusia, bukan hanya sekedar anak kecil yatim piatu yang tak pernah dilihat.
*****
Aku hanya menatap diam buruk gagak itu. Setelah beberapa lama burung gagak itupun terbang. Bebas. Lepas. Melayang mengarungi senja yang tenang. Tak ada yang bisa menghalangi kemana dia pergi. Tak ada selang infus yang mengalirkan berbagai zat kimia ke dalam tubuh. Tak ada rasa sakit. Terbang tanpa menengok sedikitpun ke arahku. Terbang tanpa menyapa sebelumnya. Terbang tanpa mengucapkan selamat ulang tahun.
*****
“Selamat ulang tahuuuunnnnn”
Tiba-tiba seluruh krew sinetron serempak berteriak. Kue ulang tahun dengan dua- puluh dua batang lilin memancarkan sinar yang memeriahkan surprise party ulang tahunku. Belum sempat aku meniup lilin tiba-tiba beberapa wartawan infomedia berhamburan ingin mewawancariku.Ku lirik Mba Sita bersenyum bahagia. Mba Sita pasti yang mengatur semua ini. Mba Sita memang tau banget bagaimana menyenangkan hati aku.
*****
Aku menoleh ke dalam kamar. Sudah mau pukul enam. Mba Sita belum juga datang. Sampai saat ini, sampai sebelum Mba Sita pergi, Mba Sita belum mengucapkan selamat ulang tahun. Kali ini tidak sepeti biasanya, Mba Sita tidak membangunkanku dengan kecupan selamat ulang tahun.
Mba Sita orang yang sangat memperhatikanku sudah mulai mengabaikanku.
Kupandang lagi langit yang biru. Burung gagak tadi semakin tinggi terbangnya. Terbang lepas dengan anggunnya. Bebas tanpa beban. Bebas tanpa rasa sakit….
Dan akupun menolakkan diriku dari jendela.
Akupun terbang…
Aku bebas…
Melayang…
Lepas…
Ku lihat orang-orang melihat kearahku. Menunjuk-nunjuk. Berteriak. Aku berusaha tersenyum dalam hempasan angin yang menerpa wajahku. Disitu rupanya para penggemarku. Penggemarku rupanya masih banyak, masih mengelu-elukanku. Aku berusaha memutar tubuhku. Langit biru keemasan terlihat. Matahari senja menyorotkan sinar jingga kepadaku bak lampu disorot di catwalk. Dari bawah, semakinku mendengar teriakan orang-orang. Para penggemarku yang selalu mengelu-elukanku. Dan…
Bam….
Semuanya menjadi hitam…..kelam.......hening…….
Happy birthday…………..…………………………to myself
14 comments:
aduh lagi ultah kok ceritanya sedih sih.... hehehe.
happy birthday ya!!
Exort happy birthday...
Semoga semua harapan dan cita-citanya bs terwujud, menjadi orang yg lbh baik lagi, dan makin dicintai Allah swt. Amin...
alurnya sungguh menarik.
kisahnya tragis tapi membahagiakan, melegakan somehow. bagus sekali...
lho, kamu ultah toh? ke berapa nih? tapi kok jadi nulis cerpen ttg cewe kena kanker. hehee..nice story.
btw, met ultah. Semoga apa yg kamu inginkan bisa tercapai. Enteng jodoh juga deh.
iya suicide
makanya aku bilang, melegakan somehow. tapi tetep tragis gitu....
keren cerpennya bro bikin merinding...btw ente ultah ye?? met ultah kalau gitu, sukses selalu ok :)
ini cerpen kalo dikembangkan bisa bagus hasilnya. tinggal dipoles sana sini aja.
met ulang taun ya exort.. yg keberapa nih? hehehe
kayaknya gw baru sekali baca cerpen yg lo bikin. cerita menarik bgt. tapi kenapa dia harus bunuh diri T_T cuma karena ngga rela kanker kali ya
Baru pertama kali ini baca cerpenmu... Bagus lho dan endingnya bikin merinding. Eniwei happy belated birthday yach smoga tambah kuat dan bijak dalam mengahadapi hidup^^
Happy birthday. Sorry for saying this late.
Happy birthday sob yang ke-60 :hammer:
Semoga sukses selalu :)
Sori terlambat :D
@arman: hehehehe kan ini blog abu2, jd gppkan? tx ya
@rossa: makasi ya ros
@elsa: senangnya kalau ada yg suka ama cerpen gw
@fanny: makasi loh fan, maklum bukan penulis cerpen, mesti byk belajar
@aulawi: tx bro
@meutia: tx ya, ada beberapa cerpen yg pernah gw buat kok, klik aja katogorinya
@alice: tx ya, dipersilahkan loh kl mau baca cerpen2 gw yang lainnya
@ali: gpp, tx banget ya
@anggi: tx ya
Selamet ultah,mas..
fiksinya keren..ayo nulis lagi..
met ulang tahun sorry telat..........nice story xort.........
Post a Comment