Di Q! Film Fetival yang baru lewat, ada film Indonesia yang ga sempat gw tonton karena jadwal dan tempat yang ga pas. Kemarin ini, pas iseng-iseng ngeliat-liat koleksi film temen kantor, ternyata dia punya film yang gw mau tonton ini. tentu aja gw langsung senang dan nonton film itu. Film itu berjudul cin(T)a.
Baru aja dimenit pertama film keluaran 2009 ini gw tonton, gw langsung suka. Walaupun cara berfilmnya pernah gw tonton di film luar, tapi untuk ukuran film Indonesia gw bisa bilang unik. Secara garis besar film ini hanya bercerita tentang sepasang muda mudi saja. Dari awal film sampai penghabisan. Jangan harap ada suatu adegan yang seru. Bisa dibilang seluruh adegannya datar walau ada beberapa adegan digambarkan dengan cantik. Kekuatan film ini ada di dialog-dialog antar muda-mudi itu.
Untuk sebagian besar orang pasti akan bosen nonton film ini karena isinya orang ngomong saja. Tapi buat gw dialog-dialog yang ada inilah yang membuat gw semakin ingin menonton sampai habis. Sebenarnya inti yang dibicarakan adalah rasa cinta yang ada. Rasa cinta yang diungkapkan dengan cara yang berbeda. Simak saja potongan dialog ini “…Tuhan gue aja bisa gue khianati, apalagi elo…”. Tuhan memang jadi salah satu topik pembicaraannya mereka. Tak ayal lagi untuk penganut agama konservatif pasti akan tersentil. Banyak dialognya yang sangat mendukung sekularisme dan pluralisme. Ada satu pertanya si pemudi yang menggelitik gw, pertanyaannya sih simpel banget. “Elo kira, kenapa Tuhan nyiptain atheis?”. Dan jawabannya ternyata…..…silahkan tonton sendiri filmnya.
Perbedaan bukan untuk diperdebatkan, perbedaan itu untuk dipahami.
12 comments:
pilem yg menarik kadang memang tak booming ye, btw perbedaan memang anugerah tuk buat kita belajar toleransi dan memahami...
banyak filsafatnya dong
sebuah karya genius dari sineas independen indonesia yg berani mendobrak tren tiga babak khas Hollywood
sammaria berhasil membuat sebuah film dgn format monoton,dimana sepanjang film hanya disuguhkan percakapan antar tokoh utama yg cerdas menyentil berbagai aspek kehidupan.kekuatan film ini bukan pada perkenalan-konflik-antiklimaks khas hollywood,tapi pada dialog monoton kedua tokoh di sepanjang cerita dgn format ruang dan waktu yg berbeda.
Salut bgt sm sammaria yg begitu berdedikasi untuk cin(t)a.membuktikan bhwa semua orang yg memang mencintai film dpt menghasilkan sebuah karya yg demikian hebat.
Oia,mksd lo film barat yg mirip itu Before sunset sm Before sunrise ya?
kebetulan gw pun udah nonton film ini Brow... sayang endingnya gak kaya yg di otaq gw soalnya si Cina sama cewenya gak nikah haha... tapi toloeransinya keren tuh Film... ditambah ada potongan wawancara keluarga2 yg beda agama wuih mantabz nie film.. cuma koQ gak terlalu populer ya nie film hhe....
jgn lupa pesenan gw ye...
aku pernah tuh nonton before sunset dan before sunrise... gak suka. membosankan sekali. heheheheee
lha film ini, membosankan gitu gak ya
pasti bukan film biasa... tapi memerlukan kearifan yang luar biasa
@aulawi: tul, perbedaan memang anugerah
@fanny: mmm....ya gitu deh
@rossa: senang ada yg sama2 suka film ini
@ferdinand: karena sifatnya yang monoton makanya ga ngehits filmnya
@adut: sip
@elsa: kl ga suka ama yg diomongin sih bakal ngebosenin
@joe: tul bgt
gua pernah baca beberapa review film ini dan pada bilang bagus. jadi penasaran...
Exort, lu nonton film apa saja di Q Festival. Sempet nonton film nya Munafik gak? Gua penasaran mau nonton film itu heheheheh
gw udah pernah nonton film itu. pernah ada di laptop. emang sih dialog2nya rada2 gmn gituu dan adegannya datar2. jadinya gw nonton sambil tidur, bangun lagi, tidur lagi, bangun lagi.. hehehe
jadi penasaran dengan film ini
Post a Comment